![]() |
nathan kurniawan |
Sisi Gelap Bekerja sebagai Chief Engineer Pertambangan: Pengalaman dari Nathan Kurniawan - Menjadi Chief Engineer di dunia pertambangan terlihat glamor, namun tidak semua yang bersinar itu emas. Simak kisah nyata Nathan Kurniawan tentang tantangan, tekanan, dan sisi gelap di balik jabatan strategis ini.
Jabatan Chief Engineer Pertambangan sering dipandang sebagai puncak karier teknik tambang bergengsi, bergaji tinggi, dan penuh tanggung jawab strategis. Namun, apa yang tidak terlihat di balik rapat-rapat penting dan helm proyek? Nathan Kurniawan, seorang profesional dengan pengalaman lebih dari satu dekade di industri pertambangan, membagikan kisahnya tentang sisi lain dari dunia ini yang jarang dibicarakan.
Tekanan Psikologis: Di Antara Target dan Realita
Sebagai Chief Engineer, Nathan bertanggung jawab atas keseluruhan desain tambang, produksi, serta efisiensi biaya. Namun tekanan yang datang bukan hanya dari manajemen, tapi juga dari kondisi lapangan yang sering kali tidak bisa diprediksi.
“Ada masa di mana cuaca buruk menghentikan operasi, tapi manajemen tetap menuntut target tercapai. Mau tidak mau, saya harus mencari cara meski risikonya tinggi,” ungkapnya.
Konflik dengan Stakeholder Lapangan
Perbedaan visi antara tim teknis, manajer produksi, dan pekerja lapangan kerap menimbulkan gesekan. Terutama saat keputusan teknis bertabrakan dengan kepentingan ekonomi perusahaan.
“Tidak semua keputusan saya disukai. Pernah saya tolak sebuah rencana karena berisiko tinggi, dan itu membuat saya dibenci satu divisi.”
Beban Etika dan Keselamatan Kerja
Chief Engineer juga memegang peran penting dalam pengawasan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Namun tidak jarang, tekanan untuk mempercepat produksi membuat standar keselamatan terancam dilonggarkan.
“Saya pernah harus memilih antara menunda produksi atau melanggar prosedur. Saya pilih menunda. Tapi, dampaknya, saya dapat surat peringatan,” kata Nathan.
Jam Kerja Tidak Menentu dan Jauh dari Keluarga
Kehidupan di tambang sering kali jauh dari pusat kota. Nathan mengaku bisa tinggal di site selama 4 minggu berturut-turut tanpa pulang.
“Kamu bisa punya jabatan tinggi, tapi kehilangan ulang tahun anak, kehilangan waktu bersama pasangan. Itu trade-off-nya.”
Kelelahan Mental dan Fisik
Bukan hanya tubuh, pikiran pun terus diperas. Apalagi jika perusahaan sedang dalam masa transisi atau audit.
“Begitu saya bangun, saya langsung buka laptop. Bahkan mimpi pun kadang masih soal desain pit tambang.”
💡 Ingin mengetahui lebih banyak tentang realita dunia pertambangan dan pengalaman para profesional di lapangan?
Baca artikel inspiratif dan edukatif lainnya di Dark OSINT Blog dan dapatkan perspektif baru seputar karier teknik, digital mindset, dan gaya hidup kerja keras.
📌 Jangan lupa bagikan artikel ini ke rekan-rekan teknikmu. Siapa tahu, mereka juga butuh tahu realitanya!