Mulai Jadi Virtual Assistant Cuma Modal Laptop Tua dan Tethering

satria adhi pradana
0
Mulai Jadi Virtual Assistant Cuma Modal Laptop Tua dan Tethering
virtual assistant satria adhi pradana

Mulai Jadi Virtual Assistant Cuma Modal Laptop Tua dan Tethering - Siapa bilang jadi Virtual Assistant (VA) harus punya laptop mahal dan koneksi internet super cepat? Yuk kenalan sama Satria Adhi Pradana, seorang pemuda yang membuktikan kalau kerja online bisa dimulai dari alat sederhana dan tekad yang kuat. Cerita ini bukan sekadar inspirasi, tapi bukti bahwa kerja sebagai VA itu benar-benar bisa jadi jalan karier asal mau mulai dari apa yang kita punya.

Awal mulanya, Satria merasa stuck dengan rutinitas kerja kantoran yang bikin lelah tapi nggak berkembang. Ia mulai cari-cari alternatif kerja yang fleksibel dan bisa dilakukan dari rumah. Dari hasil berselancar di YouTube dan baca-baca blog, dia ketemu satu profesi menarik: Virtual Assistant. Pekerjaan ini bisa dilakukan secara online, tugasnya beragam mulai dari administrasi, riset, sampai ngatur media sosial, dan yang penting nggak harus ngantor.

Masalahnya, saat itu Satria cuma punya laptop lama yang sering ngelag, koneksi internet pun pakai tethering dari HP, dan headset-nya cuma model kabel biasa yang dibeli di warung. Tapi dia nggak jadikan itu alasan untuk menyerah. Justru dari situ dia mikir, "Kalau nunggu semua alat sempurna, ya nggak akan mulai-mulai."Dengan modal seadanya, Satria mulai belajar jadi VA dari sumber gratis: nonton video YouTube, ikutan webinar, sampai baca artikel di internet. Ia juga daftar beberapa kursus online gratis dari Coursera dan Digital Skola. Dari situ, dia belajar tugas-tugas dasar seorang VA, seperti atur email, jadwal kerja, input data, dan komunikasi klien. Semua tugas itu dia coba praktikkan sendiri supaya terbiasa.

Supaya bisa dapet klien, Satria bikin portofolio sederhana. Nggak muluk-muluk, dia buat contoh manajemen email, bikin kalender mingguan, desain presentasi pakai Canva, dan simpan semua filenya di Google Drive. Portofolio itu dia pakai buat apply kerja di Upwork, Freelancer, dan LinkedIn. Awalnya sering ditolak, tapi dia nggak patah semangat.

Sampai akhirnya, satu hari ada startup dari Malaysia yang butuh bantuan riset data dan administrasi ringan. Nilai proyeknya kecil, cuma $30, tapi buat Satria itu pencapaian besar. Itu pertama kalinya hasil belajar dan usahanya terbayar. Dari situ, semangatnya makin membara. Ia mulai dapat klien-klien berikutnya, dan pelan-pelan upgrade alat kerja beli modem WiFi, ganti headset yang lebih oke, sampai akhirnya bisa beli laptop baru setelah 5 bulan kerja remote.

Sekarang, Satria udah kerja sama dengan lebih dari 8 klien dari luar negeri. Fokus utamanya di bidang administrasi dan riset, tapi dia juga mulai merambah ke manajemen media sosial. Semua dimulai dari langkah kecil dan keberanian buat nyoba dulu, meski alat seadanya.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)